Kamis, 18 Agustus 2016

Mengenal Kabupaten Musi Banyuasin

Kabupaten Musi Banyuasin adalah salah satu kabupaten yang Berada di provinsi sumatera selatan dengan ibu kota sekayu, kabupaten ini terbentang dengan luas wilayah ±14.265,96 km² yang terbentang pada lokasi 1,3° - 4° LS, 103° - 105°. dengan memiliki 11 kecamatan
kabupaten Musi banyuasin ini merangkak menuju era perkembangan, karena tahap untuk menuju kemajuan masih jauh. sebelum era milenium Kabupaten Musi banyuasin masih banyak hutan Rimba.
Dan pada awal era milenium kabupaten musi banyuasin ini terpilih menjadi salah satu Venue untuk PON SUMSEL 2004, berawal dari sana pembangunan di mulai dengan perataan.
Kabupaten Musi Banyuasin juga mengorbitkan banyak bibit atlet, seperti Yogi Rahadian (Players Mitra Kukar).

Dulu Kabupaten Musi banyasin masih teramat asing di telinga para traveling, namun semenjak perubahan dari zaman ke zaman nama Musi banyuasin sudah mulai di kenal banyak orang.
Sekayu dengan ibu kota Musi banyuasin yang mengalami peningkatan perubahan pembangunan, kenapa belum merata? yah karena pusat kota harus di dahulukan sehingga dapat membawa dampak positif bagi wisatawan yang ingin melancong ke Kabupaten ini.
Musi Banyuasin juga terkenal dengan masakan masakan yang bercirikhas, dengan Sumber daya manusia yang berlimpah ruah, dengan memanfaatkan kondisi alam di sekitar (suangai Musi).

1. Gulai pindang patin

2. Gulai salai

 3. Gulai Tempoyak.dll


Kota Sekayu ini juga sering disebut dengan kota awan, whay? karena kota sekayu ini berada di dataran tinggi, jauh dari pegunungan dan pantai, jadi yang terlihat hanyalah awan dan sungai musi saja.
Panorama Panorama yang tersaji di kota sekayu tidak kalah hebat dengan panorama kota kota besar di indonesia,sekarang sudah terdapat banyak tempat me rilex(santai) kan diri untuk menikmati setiap sudut kota sekayu

1. Sekayu Waterfront

tempat ini memiliki panorama tersendiri, wisatawan bisa menikmati setiap sunset yang menyapa di sore hari, sambil menikmati tenangnya gemercik suara air sungai yang mengalir
untuk menikmati ini semua tidak sama sekali di pungut biaya (Free/gratiss)
Sekayu Water front ini juga kebijakan pembangunan terbaru yang ada untuk perkembangan kota sekayu

2. Tugu Adipura

Kabupaten Musi banyuasin sendiri sangat kental dengan kota terbersih, dengan raihan 7 kali piala adipura
nah, panorama yang tersaji disini wisatawan bisa menikmati sejuknya hembusan setiap angin yang bertiup.

3.Tugu Bundaran
dengan ketenangan yang bisa membius kenikmatan tiada tara wisatawan bisa menikmati tugu bundaran(icon/simbolis kota sekayu)

4. alun alun/ pusat kota

jadi wisatawan dimanjakan juga dengan keramaian jajanan yang ada di alun alun kota sekayu, untuk penggila kuliner kalian harus singgah ke tempat ini.

5. Taman Permata
Taman Permata sendiri baru saja di resmikan, ini project pembangunan yang luar biasa untuk perkembangan kota sekayu.
disini konsep yang di buat adalah miniatur dunia, jadi tidak perlu ke luar negeri untuk menikmati semuanya, huntuk menikmati semuanya wisatawan bisa langsung menikmati panorama high class dunia di sini.

6. Taman Sekayu Water front / fake(Replika) payung peneduh ala masjid nabawi

Konsep ini sangat luar biasa, jadi wisatawan bisa mendokumentasikan dengan nuansa payung peneduh ala masjid nabawi, sambil menikmati gemercik air sungai yang mengalir tenang.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bro/Sis/Traveler kalian nga bakalan nyesel untuk mengunjungi kota ini, dengan keramahan penduduknya, menikmati udara segar,Bersih dan jauh dengan kebisingan seperti halnya kehidupan kota metropolitan..
jadi kapan mau ke sekayu?


Jumat, 22 Juli 2016

Malaikat pencakar langit

Asap rokoknya masih mengepul di depan wajahnya, menutupi pandangan matanya yang menyaksikan manusia-manusia di bawah sana. Di atap gedung pencakar langit itu, dia menyesap rokoknya yang sudah keempat. Dengan bergaya layaknya malaikat yang suci, dia memadamkan bara di puntung rokoknya. Lalu, menyesali tindakannya yang tiada mampu berhenti mengulum batang cerutu.

“Aku sudah lelah merokok!" batinnya merasakan bahwa puntung rokoknya itu adalah memorinya yang terakhir.

Tar dan nikotin terlanjur tersimpan erat di tubuhnya. Mereka mengalir di setiap isapan melalui mulutnya yang liar. Melewati jalur kerongkongan yang sunyi. Hingga sebagiannya menuju paru-paru. Menerabas bronkeolus. Dan terakhir, merasuki alveolus-alveolusnya yang mungil.
Malaikat! Kenapa kamu harus menjadi malaikat bagi manusia?
Waktu itu, saat dia masih menjadi seorang manusia, dia berniat dengan impian besar. Memiliki hati yang berwarna-warni. Sebuah idealisme tanpa batas terus mengakar dalam pola pikirnya yang rumit. Dia membiarkan mulut-mulut liar mencibir segala yang ia percayai dan perjuangkan. Idealismenya sedang diuji.
Dia tidak buta, karena semua perilakunya dilandasi dengan idealismenya yang kokoh. Dia juga tidak rapuh, karena idealismenya diwujudkan dalam perbuatan-perbuatannya. Manusia itu disebut-sebut sebagai malaikat maut di kalangan tertentu. Namun, di sisi lain, dialah malaikat suci bagi manusia-manusia lain yang menginginkan keadilan.
Lelaki yang beralis tebal itu lantas mendirikan sebuah gedung pencakar langit. Dengan kepercayaan dan keyakinannya, dia memperkenalkan sebuah terobosan. Gedung itu akan menjadi awal kematian bagi para koruptor, batinnya. Manusia-manusia sedingin es seseram hantu sudah dipersiapkan di sana untuk menguji manusia-manusia tertentu yang berbuat korupsi.

“Kenapa Bapak mendirikan gedung ini?” tanya salah seorang anak buahnya yang masih muda.
“Kenapa kamu bertanya demikian?” jawab lelaki itu.
“Saya hanya penasaran saja, Pak!” jawab pemuda itu gugup.
“Apa kamu tidak sadar tentang negeri ini? Negeri ini sedang kacau balau. Sedang krisis kepercayaan.”
“Krisis kepercayaan?”
“Ya! Suatu krisis yang mengakibatkan orang  yang dipimpin tidak sepenuhnya percaya kepada pemimpin dan sang pemimpin tidak sepenuhnya percaya kepada rakyat yang telah mendukungnya. Rakyat cenderung
punya pandangan sempit dengan merasa bahwa jika rakyat melakukan kesalahan yang menyalahi aturan atau rakyat yang masuk di jajaran birokrasi melakukan pelanggaran, pasti mereka akan beranggapan adanya ketidakberesan pada sang pemimpin. Dan pemimpin telah mengetahui hal itu. Sehingga, antara pemimpin dengan rakyat, terjadi keprcayaan yang setengah-setengah.”

Pemuda itu garuk-garuk kepalanya yang tertutup oleh potongan rambut yang rapi, belahan rambut di samping kiri. Dari matanya yang tertutup kacamata tebal, terlihat jelas bahwa dia sesungguhnya tidak begitu mengerti dari apa yang diucapkan lelaki tua di sampingnya yang telah menjelma sebagai malaikat.
Melihat ketidakwajaran yang terlukis pada wajah pemuda di sampingnya, yang sama-sama memakai setelan hitam dengan kemeja putih yang tengkuknya tersembul keluar dari kerah setelan hitam itu, lelaki tua yang telah berubah menjadi malaikat itu meneruskan penjelasannya. Malaikat itu menyadari bahwa pemuda itu mungkin belum mengerti dengan apa yang ia maksud.
Malaikat dengan kumis dan cambang putihnya yang menyatu sehingga membentuk bulatan  dengan diameter dari bawah hidung hingga dahinya yang tertutup rambut uban itu menarik sedikit senyumannya,

 “Apa kamu masih belum mengerti juga?” tanyanya kepada pemuda itu.
“Eee...Iya, Pak!” jawab pemuda itu kembali gugup.
“Intinya krisis kepercayaan mengakibatkan bangsa ini tidak pernah bisa maju!”
“Lalu, apa penyebab terjadinya krisis kepercayaan itu?”
“Hmmm....Pertanyaan yang bagus. Krisi kepercayaan terjadi karena koruptor.”
“Koruptor?”
“Iya, betul! Koruptor! Mereka yang berada di jajaran birokrasi sering menyalahgunakan wewenang dan kekuasan dengan korupsi, memperkaya diri sendiri. Lalu terungkaplah di pemberitaan. Namun, semua kasus-kasus itu tak pernah tuntas. Tak pernah selesai dan terungkap kesemuanya. Seperti kotoran yang sengaja ditimbun kucing di dalam tanah. Sehingga rakyat marah. Hati mereka seperti diperkosa. Rakyat lalu muak dan hilang rasa percaya kepada pemimpin yang dianggapnya tidak becus atau mungkin “tidak benar”. Dan dengan gedung pencakar langit ini sebagai simbol keadilan dan ketakutan para koruptor, diharapkan para koruptor akan jera. Karena mulai dari gedung pencakar langit ini akan lebih banyak koruptor yang akan tertangkap dan diadili.”
“Maaf, Pak! Apa bukankah dengan begitu rakyat akan lebih membenci pada pemimpin karena banyak koruptor yang tertangkap?”
“Memang banyak orang yang salah menafsirkan. Ketika pada suatu masa, tidak banyak kasus korupsi yang muncul di permukaan dan di masa yang lain, kasus korupsi makin banyak yang terungkap, seharusnya itu menjadi pertanda baik kemajuan gerakan penumpasan korupsi di negeri ini. Karena bagaimana pun juga, sebuah kebenaran yang menyakitkan akan lebih baik diungkap dan dituntaskan daripada kebenaran itu ditutupi dengan mengatasnamakan demi keamanan dari revolusi rakyat.”

Pemuda itu lantas mengangguk-angguk. Sepenuh hatinya telah menerima ceramah dari malaikat tua yang sayapnya kian rapuh itu. Keperkasaannya sudah tak nampak lagi. Idealisme telah membesarkannya, merubahnya jadi malaikat di masanya dengan gedung pencakar langitnya.
Gedung pencakar langit dengan 100 lantai itu kini juga ikut merasakan kerapuhan. Seiring dengan usia malaikat itu, gedung itu yang kini dianggap sebagai masa suram korupsi berawal, mulai kehilangan taringnya. Ya, dari gedung ini semuanya berawal. Teror dan ketakutan para koruptor yang pada akhirnya dilanjutkan di meja hijau hingga dibui. Gedung yang diatapnya ada malaikat tua yang sedang berdiri menatap langit didampingi seorang pemuda itu, telah tinggal sejarah.
Namun, idealisme malaikat itu masih ada. Belum lapuk. Belum ditelan oleh usia. Meski sempat menghilang dan terombang-ambing dengan pertentangan di dunia birokrasi.
Saat itu, ketika dia menjadi seorang malaikat dengan integritasnya, dia mendirikan gedung pencakar langit itu. Musuh-musuh pun bertebaran dari koloni kecil hingga manusia-manusia di dalam gedung parlemen. Pertentangan hatinya pun muncul. Lelaki itu ingin menjadi manusia biasa, hidup normal, dan diterima oleh khalayak. Akhirnya, malaikat itu kehilangan sayapnya, bertendensi ikut arus, dan menjadi manusia biasa yang harus menghadapi kenyataan di dunianya.
Sekian lama dia hidup layaknya manusia biasa membuatnya terlupa akan sayap-sayap idealismenya. Kemudian, semua bermula dari gedung pencakar langit yang ia dirikan. Ia akhirnya nmengalami ketakutan yang dirasakan oleh manusia biasa, teror-teror yang ia ciptakan sendiri untuk manusia-manusia normal. Dengan kekuatan gedung pencakar langit yang dibangunnya itu, ia pun ditetapkan sebagai bagian dari musuh-musuhnya terdahulu. Ya, kini ia telah menjadi tersangka.
Suap, kolusi, dan terlebih lagi korupsi telah menggiringnya menjadi kaum yang dimarjinalkan, koruptor. Rakyat pun marah. Mereka kembali dipecundangi. Setelah sekian lama percaya kepadanya dan pemimpinnya yang menggaung-gaungkan sikap anti korupsi, rakyat berubah menjadi bara api yang menjalar di setiap jalan dan gedung-gedung pemerintahan. Mulut-mulut pedas mereka berkoar-koar membakar telinga para pejabat pemerintahan.
Idealismenya kini telah kembali lagi setelah menyublim cukup lama tatkala dia masih menjabat sebagai pejabat tinggi sekaligus pendiri gedung pencakar langit itu – dimana dia juga menjadi musuh dari gedung pencakar langit itu sendiri. Ya, idealismenya telah kembali di atap gedung pencakar langit yang pernah dibangunnya yang juga telah menetapkannya sebagai koruptor.
Esok dia akan menjalani sidang terakhirnya yang akan menentukan masa hukumannya. Sebelum kepergiannya, dia masih ingin berlama-lama di atap gedung pencakar langit itu sambil memandangi langit dan pemandangan perkotaan dengan wajah layunya. Kini, sudah tiada lagi pertentangan hati yang mengganggunya. Dia sudah tak mau meringkuk di penjara meskipun akan sangat singkat karena hukum juga telah ia pecundangi. Pengacara-pengacaranya yang menawarkan pembebasan hukuman pun telah diusirnya. Lelaki yang dulu pernah menjadi malaikat itu sudah tak mau lagi hidup dalam kehinaan.
Perlahan-lahan, tangan lelaki tua itu merogoh saku jas hitamnya. Tangannya yang besar dan berkeriput akhirnya mendapatkan pistol dengan sebutir peluru. Pemuda di sampingnya sontak terkejut.

“Apa yang akan Bapak lakukan?”
“Sudah cukup! Aku sudah tidak mau lagi menjadi beban negara. Buat apa negara membebani anggaran tiap tahun untuk menghidupi orang sepertiku di penjara nantinya. Aku sudah mempecundangi rakyat dan merampok negara ini. Aku sudah tidak sanggup lagi menanggung malu”,
malaikat tua itu berjalan mundur pelan-pelan menjauhi pemuda itu sambil menempelkan mulut pistolnya di pelipis kirinya.

“Bapak! Insyaf, Pak! Jangan lakukan itu!” pemuda itu pun berusaha mendekat.
“Jangan mendekat! Atau aku akan menembak!” sentak lelaki tua itu.
“Pak, mohon hentikan! Bapak tidak perlu senekat itu!” pemuda itu pun menghentikan langkah kakinya.
“Biarkanlah kematianku ini sebagai simbol kegagalanku dalam menumpas korupsi. Semoga kematianku ini bisa memotivasi para koruptor yang hidup nyaman di penjara dalam waktu singkat itu. Semoga rasa malu berbuat korupsi tumbuh di hati mereka dan juga kalian para generasi muda yang akan memimpin negeri ini. Dengan begitu, tidak perlu lagi ada orang berbuat korupsi di negara ini tanpa rasa malu.”
“Tapi ini sama saja menyesatkan, Pak!”
“Sesat? Hah! Kalau mereka tidak mau mati sepertiku maka sebaiknya jangan korupsi!” malaikat tua itu lantas tersenyum mengembang.
Kemudian, malaikat yang sudah tak bersayap itu terjun dari gedung pencakar langit, membiarkan sebutir pelurunya tak mengusik ketenangan.

Selasa, 31 Mei 2016

Mei Memanggil


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Adakah hal yang lebih mengharukan di akhir bulan Mei?
Setengah tuju pagi, beranjak dari mimpi untuk pergi ke pentas seni
peranku di sana bukan seorang pelawak, pesulap, atau akrobatik
hanya menerka apa yang terjadi di hari ini
menerka semua yang terlanjur manis untuk di kenang di kemudian hari
hari ini, tak akan terulang untuk kedua kali
berkali kali rasanya ingin mengulangi
tetap sang pelangi, tidak mau memutar cerita lagi.

sesampai ku di pentas seni di pagi itu
semua menyambut seperti tak ingin cepat berlalu
Bermacam macam dekorasi yang sudah jauh jauh hari Menghiasi
Kemeja, Almamater, Batik, Kerudung semua berseragam memanjakan hari

Adakah yang lebih mengharukan di akhir bulan Mei?
pagi telah membagi menyapa siang
Harapku hanya satu, detik berhenti sampai tak ada tangisan
tapi Sudahlah, harapku hanya omong kosong

Terdekat seperti "Keluarga", terjauh seperti "sahabat"
Di penghujung acara pentas seni
menghujam rasanya detakan cepat nadi
Tulus rasanya batin ingin bercerita melalui Air mata
seperti 3 hari, hari ini besok dan lusa
Terlalu cepat detik memutar, memainkan peranya

Terimakasih Bijaksana
Akanku sampaikan isi berita mengharukan ini

Memulai lagi hari esok, dengan isi berita yang berbeda
tak akan ada lagi canda tawa
semua sudah berbeda, dengan laksana cerita indah



Melong ( 31, Mei 2016)












Senin, 30 Mei 2016

Lorong-Lorong Kedamaian


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lorong Lorong  bergema ketika semua tertawa bahkan teriak
Ruang ruang yang sempit ketika di lewati
Lalu lalang, ketika jam pagi setelah Dzuhur menanti
Tumpukan buku disana sebagai gudang.
sebagai akar, dan sebagai pengingat ketika tiga bulan Tersenyum disini

Dan setelah itu, semua pergi.
lalu sepi, tanpa ada peristiwa yang unik lagi di mata ini
Tidak ada lagi wangi kopi di tempat klasik itu
tidak ada lagi Asap yang mengebul di sela sela pagi itu
Bahkan Sapaan mereka, tidak akan pernah ada lagi

Benar baner sudah Pergi
Pagi ini terakhir kalinya luapan Kesepian di lorong bergema ini terdengar
semua telah selesai. benar benar sudah selesai
sombong nya jarum jam di pagi itu
ketika tidak mau berhenti, tertahan untuk terkahir kali
Lalu kapan kita akan berjumpa lagi?
Lalu kapan suka cita, tawa canda bertatap kembali?
Lalu kapan semuanya kembali lagi?
Benar benar sudah pergi

sekali lagi, semuanya telah pergi di makan jarum jam yang sombong.




Minggu, 29 Mei 2016

Jemari mu bukan jemari Manis ku


---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Selepas senja di pagi itu, kupergi dengan tersenyum
Sapamu di pagi itu membuat kutersipu
engkau hanya goresan masa laluku
aku hanya butiran kenangan indahmu
sajakku terusku tulis hingga larut malam
berharap jarum jam berputar mundur kembali

semua bualan yang pernah kita perankan
semua harapan yang pernah kita bincangkan
hanya tersisa butiran rintik hujan
ya, rintik hujan yang datang bersama semua ingatan
semua harapku tak dapatku temui lagi
hingga malam menyapa lagi

Begitu cepat bulan berganti
Begitu Cepat pancaroba bergulir
dikala kemarau dan dikala hujan

langkahmu mengiringi semua baitku
bukan hal yang mudah untuk menjadi KITA lagi
Sebab di seberang telunjuk sana, ada pria yang merangkulmu
Memelukmu begitu hangat, dan begitu erat

Selembar itu kau beri
jemari manismu melingkari tanda
senyum haru terakhirmu dari kejauhan, ku terima dengan anggukan
Turut bahagia untukmu aku ucapkan
terimakasih untuk satu tahun yang pernah kita pertahankan.







Sabtu, 28 Mei 2016

Sajak April


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

April, Senyap Seketika ketika gemercik sayup hujanmu datang
April, Senyap Seketika ketika Kenangan itu datang
April, Senyap Seketika ketika Hujan, Kaca, dan kenangan mengintai
April, Bulan tersenyap yang pernah insan tuai

Perkenalan mu terlalu singkat April
hanya menyisahkan sisa-sisa minggu lalu yang masih aku ingat
tempat yang haya dimana, kita selalu bercerita berdua
seakan senyap menertawai ketika aku melewatinya

April, Masihka engkau ingat tentang cerita itu?
bukan hanya tentang cinta yang kita balut
tapi tentang masa, yang akan menyambut
April, apakah engkau masih mengingat semua itu?

ketika hujan mu turun, kaca di hadapanku
sebelum kenangan mengintai
kita masih bercerita untuk semua itu
bercerita tentang masa yang akan menyambut

Engkau masih disini, sebelum jiwa mu pergi
engkau masih disini, sebelum hujan mu berhenti
engkau masih disini, sebelum selepas pagi
engkau masih disini, sebelum semuanya pergi

Terimakasih April, untuk Hujanmu dan pertemuan singkat ini.



Rabu, 25 Mei 2016

MEDIA SUDAH MODAR DENGAN SENDIRINYA !


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kuketik ulang setiap kabar dari media itu, media yang terbungkam sendirinya karena sang penguasa
KuKetik Ulang ulasan beritanya di pagi itu, berharap pribumi tidak menangis gelisah lagi
KuTatap ulang layar kaca itu, berharap semuanya baik baik saja di sana
Kuambil remote TVku, kupindah pindahkan lagi isi berita di pagi itu
Tapi sayang, semua isinya berlenggok sang penguasa.
Kemana berita Demonstran Mahasiswa?
Kemana Berita Demonstran Buruh?
Kemana Berita Demonstran Pribumi?
Ku pikir pagi itu menjadi halusinasi yang menjadi jadi pertanyaan.

kuambil Gelas cantik itu, ku Racik lagi kopi pahit ku
Kubakar lagi tembakau itu, Mengebul Sudah di siang itu
Kuulangi lagi seperti pagi itu
Kunyalakan TV ku pindah pindahkan lagi isi berita
sama saja, entah kemana Berita Demonstran di hari itu?
Terbungkam sudah rasanya menjadi Rakyat
Terbohong sudah Rasanya menjadi Rakyat
Terbodoh sudah Rasanya Karena Bungkaman media itu

Kupanaskan Kendaraanku, yang tak rupawan lagi tapi bisa menjadi teman
Kugas gas lagi sampai panas mesin nya
Kutancap gas ke pasar yang kumal itu
kucari cari lagi berita di koran itu
kubolak balik seperti Kernet angkot yang mencari penumpang
"Angkotnya ada, Tinggal penumpangnya mau naik apa engga"

Penasaranku menjadi jadi, kemana isi berita itu?
atau sudah dikutuk Menjadi batu?
atau batu itu menjadi sandungan mereka, karena ketakutan?
atau Media itu sudah Memutar balikan fakta?
atau mereka sengaja menghukum hari itu?

Terusku cari cari, kesana kemari demi isi hari itu
Kesana Kemari? tidak lelah mencari kebenaran itu
Nampaknya benar sudah, Terbungkam karena media di hari itu
tidakku temukan isi berita yang sudah ku duga.
Hahahaha, tertawa terbahak ku di atas kuda ku
Hahahaah, Inikah demokrasi? yang selalu tertutup?
Hahahaha, Inikah Revolusi? yang tidak ada kebenaran nya?